Sebagai bagian dari kegiatan mata pelajaran P5P2RA (Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil ‘Alamin), siswa kelas 7 dan 8 MTsN 3 Mataram melaksanakan kegiatan pembuatan pupuk kompos dari daun kering. Kegiatan ini bertujuan untuk mengajarkan siswa tentang pengelolaan sampah organik yang ramah lingkungan, serta menumbuhkan karakter peduli lingkungan dan tanggung jawab.
Daun kering sebenarnya bisa langsung digunakan sebagai pupuk. Namun, untuk mempercepat proses menjadi kompos, siswa belajar mencampur daun kering dengan air dan nasi aking. Nasi aking memiliki peran penting dalam proses ini karena dapat mengundang bakteri pengurai yang mempercepat dekomposisi daun.
Dalam praktiknya, siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil tang dibimbing dengan 2 orang fasilitator. Setiap kelompok membawa alat dan bahan dari rumah masing-masing untuk membuat pupuk kompos, seperti daun kering, nasi aking, air, ember dan drum kecil. Mereka bekerja sama meremas daun kering, mencampurkannya dengan nasi aking yang direndam dalam air, kemudian menempatkannya dalam drum untuk proses fermentasi.
Untuk pembuatan pupuk kompos, siswa menggunakan bahan-bahan sederhana yang mudah ditemukan disekitar lingkungan madrasah atau membawa dari rumah, seperti:
1. Daun kering
2. Nasi aking
3. Air
4. Ember kecil
5. Kayu
6. Polybag
7. Drum kecil
Proses pembuatan pupuk kompos ini dilakukan dalam beberapa tahap:
1. Pengolahan Daun Kering: Siswa meremas atau memotong daun kering menjadi ukuran yang lebih kecil agar lebih mudah terurai.
2. Persiapan Nasi Aking: Nasi aking direndam dalam air selama beberapa jam untuk menyiapkan campuran yang akan mempercepat pembusukan daun.
3. Pencampuran: Daun kering yang telah dipotong kecil-kecil dicampur dengan nasi aking yang direndam, lalu ditumbuk menggunakan kayu dan dimasukkan ke dalam drum atau ember kecil.
4. Fermentasi: Drum atau ember tersebut ditutup rapat dan disimpan di tempat yang teduh, jauh dari paparan sinar matahari langsung. Setiap minggu, siswa membuka drum untuk memeriksa apakah daun sudah mulai hancur. Jika belum, daun dibasahi kembali dan diaduk untuk mempercepat proses fermentasi.
5. Pengamatan Berkala: Siswa terus memantau perkembangan kompos selama satu bulan. Setelah daun berubah menjadi hancur dan lembut, kompos siap digunakan sebagai pupuk.
Melalui kegiatan ini, siswa belajar bagaimana memanfaatkan bahan-bahan alami yang sering dianggap sebagai sampah untuk diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi lingkungan. Selain itu, kegiatan ini juga mengajarkan mereka untuk bekerja sama dalam kelompok, meningkatkan rasa tanggung jawab, dan membangun kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. Proses pembuatan kompos ini memakan waktu sekitar dua minggu hingga satu bulan tergantung kondisi daun dan suhu.
Dengan kegiatan pembuatan pupuk kompos, diharapkan siswa kelas 7 dan 8 MTsN 3 Mataram dapat lebih memahami konsep daur ulang, menciptakan lingkungan yang lebih bersih, serta turut berperan dalam menjaga kelestarian alam.
Mataram, 3 Oktober 2024
Ruslan Wahid, ST (Guru Seni Budaya/Pembina KIR)
Beri Komentar