Mataram- Pada upacara bendera yang digelar Senin pagi ini (4/11/2024) di MTsN 3 Mataram, Ruslan Wahid, yang bertindak sebagai pembina upacara, menyampaikan pesan moral yang kuat melalui cerita yangdisampaikan. Upacara dihadiri oleh Kepala Madrasah, para wakil kepala, guru-guru, staf tata usaha, mahasiswa PPL dari Universitas Mataram, serta seluruh siswa kelas 7 hingga kelas 9.
Dalam upacara bendera yang berlangsung khidmat ini, Ruslan Wahid memulai amanatnya dengan mengajak seluruh peserta upacara untuk mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas nikmat kesehatan dan kesempatan berkumpul dalam aktivitas rutin sekolah di awal minggu ini. “Alhamdulillah, kita semua diberi kesehatan untuk memulai minggu ini dengan kegiatan positif di sekolah. Ini merupakan nikmat yang harus kita syukuri bersama,” ujarnya.
Ia juga mengajak seluruh peserta untuk berselawat kepada Nabi Muhammad SAW. “Berselawat kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat menuju jalan kebenaran adalah bentuk penghormatan kita sebagai umat Islam. Melalui beliau, kita dapat merasakan indahnya agama Islam dan kehidupan yang damai,” tuturnya.
Pada kesempatan tersebut, guru seni budaya ini memberikan apresiasi kepada kelas VIII.5 yang telah sukses melaksanakan tugas sebagai petugas upacara dengan baik. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada wali kelas dan pembina yang telah membimbing para siswa dalam mempersiapkan upacara ini. Tak lupa beliau juga memberikan apresiasi kepada regu paduan suara yang telah berlatih secara intensif agar dapat tampil dengan baik.
Namun, di tengah apresiasi, Ruslan menyoroti beberapa siswa yang masih kurang disiplin dalam mengikuti upacara, terutama dari segi kelengkapan atribut dan sikap berdiri selama upacara berlangsung. Ia memperhatikan ada beberapa siswa yang tidak mengenakan atribut lengkap dan masih bergerak-gerak saat upacara. “Khusus untuk adik-adik kelas 7, saya perhatikan ada yang berdiri tidak tegap, atributnya kurang lengkap, bahkan ada yang memakai sandal. Tolong minggu depan lebih tertib dan rapi,” pesannya dengan nada mengingatkan.
Ruslan juga meminta agar para siswa memperhatikan contoh yang diberikan oleh para guru. “Lihat bapak ibu guru yang berdiri di depan, gagah-gagah dan berwibawa dalam mengikuti upacara. Kalian sebagai siswa harus bisa mencontoh disiplin tersebut. Berdirilah dengan tegap, lengkapkan atribut, dan ikuti upacara dengan khidmat,” tegasnya.
Sebagai penutup, Ruslan menyampaikan pesan moral melalui sebuah kisah inspiratif dari negeri dongeng yang menggambarkan pentingnya menghargai setiap individu, tanpa memandang ukuran atau kekuatan. Kisah ini berkisah tentang seekor singa dan tikus, yang mengandung nilai-nilai kehidupan yang relevan bagi para siswa.
Dalam kisahnya, singa yang sedang tidur pulas terbangun karena diinjak oleh tikus yang lewat secara tidak sengaja. Marah karena diganggu saat tidur, singa langsung meremehkan tikus dan mencemoohnya dengan sebutan yang merendahkan. Namun, tikus tidak melawan, melainkan dengan rendah hati meminta maaf. Ia berjanji untuk lebih berhati-hati di lain waktu dan segera pergi.
Namun, beberapa hari kemudian, singa yang merasa perkasa justru terjebak dalam jaring pemburu dan tidak mampu membebaskan diri. Meski ia berteriak meminta tolong dengan segala kekuatannya, tidak ada makhluk besar lain yang datang membantu. Justru tikus kecil yang mendengar teriakan tersebut dan bergegas datang untuk menolong. Dengan gigitan kecilnya, tikus berhasil memutus tali-tali jaring, hingga singa akhirnya bebas.
Melalui cerita ini, Ruslan mengajarkan kepada siswa agar tidak meremehkan siapapun, baik yang lebih kecil atau lemah, karena setiap individu memiliki kelebihan masing-masing. Ia menekankan pentingnya saling menghargai dan menghindari tindakan saling mengejek atau bullying di antara siswa.
“Janganlah kalian menghina atau merendahkan teman yang lebih kecil atau lemah, karena setiap orang memiliki kelebihannya sendiri. Marilah kita saling menghargai dan saling membantu,” pesan Ruslan Wahid mengakhiri amanatnya.
Kontributor: Ruslan Wahid (Pembina KIR)
Beri Komentar