Info Sekolah
Jumat, 06 Des 2024
  • Terima kasih telah berkunjung di website resmi MTsN 3 Mataram

Pengertian Najis, Macam-macam dan Tata Cara Tharah

Diterbitkan :

Kebersihan adalah sebagian dari iman. Seperti itulah sabda Rasulullah SAW yang menunjukkan betapa pentingnya kebersihan dalam ajaran Islam. Kebersihan tidak hanya meliputi kebersihan lahiriah, tetapi juga kebersihan batiniah. Kebersihan lahiriah dapat diwujudkan dengan cara menjaga tubuh, pakaian, dan lingkungan agar selalu bersih.

Salah satu cara menjaga kebersihan lahiriah adalah dengan bersuci dari najis. Najis adalah segala sesuatu yang dihukumi kotor oleh syariat Islam. Najis dapat menghalangi sahnya ibadah, sehingga umat Islam wajib bersuci dari najis sebelum melaksanakan ibadah.

Dalam artikel ini, kita akan dibahas mengenai pengertian najis dan dasar-dasar hukum perintah bersuci. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Pengertian Najis

Menurut bahasa Najis berasal dari bahasa Arab, yaitu an-najsu atau an-najisu yang berarti kotor atau menjijikkan, tidak bersih atau tidak suci baik yang bersifat hissiyah maupun ma’nawiyah.

Najis yang bersifat hissiyah adalah najis yang terlihat oleh mata dan dirasa oleh panca indra seperti jilatan anjing, kotoran manusia atau hewan,kencing, darah haid dan nifas.

Najis yang bersifat maknawiyah adalah najis yang menodai akidah sehingga tidak dapat dilihat oleh manusia seperti Syirik dan kufur.

Menurut istilah, najis bisa diartikan suatu benda yang mengotori pakaian atau badan kita yang menghalangi sahnya ibadah kita kepada Allah. Najis adalah kotoran yang wajib oleh seorang yang terkena olehnya.

Menurut Ilmu fiqih merupakan benda yang haram disentuh secara mutlak (kecuali dalam keadaan darurat) dan harus dibersihkan apabila terkena benda najis. Najis harus dibersihkan karena menghalangi sahnya ibadah.

Dasar-Dasar Hukum Perintah Bersuci

Ayo kita cermati dengan seksama, dan temukan persamaan dan berbedaan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis dibawah ini:

a) Allah Swt. berfirman:

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ

Artinya:

”Dan bersihkanlah pakaianmu” QS. Al-Mudatstsir (74): 4.

b) Dan Firman Allah Swt. :

أَن طَهِّرَا بَيْتِىَ لِلطَّآئِفِينَ وَٱلْعَٰكِفِينَ وَٱلرُّكَّعِ ٱلسُّجُودِ…..

Artinya: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, orang yang iktikaf, orang yang rukuk dan orang yang sujud!”QS. Al-Baqarah (1): 125.

c) Nabi Muhammad Saw bersabda:

Artinya: “Apabila kamu datang ke tempat saudara-saudara kamu, hendaklah kamu perintah atau perbaiki kendaraan-kendaraan dan pakaian kamu, sehingga kamu menjadi perhatian diantara manusia. Karena, Allah tidak suka perbuatan keji dan juga keadaan yang tidak teratur“ (HR. Imam Ahmad, Imam Abu Dawud, Imam Al-Hakim, Al-Baihaqi dari Sahal bin Hanzaliyah) .

d) Nabi Muhammad Saw bersabda:

الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيْمَانِ

Artinya: “Kesucian adalah separuh dari iman.” (HR. Muslim)

Pernahkah kita menemukan informasi tentang istilah mukhaffafah (المخففة ) mutawassithah ( المتوسطة) dan mughaladhah (المغلظة) dari guru, ustadz, orang tua atau teman sebaya? Ketiga istilah tersebut merupakan macam-macam najis yang harus kita bersihkan.

Macam-macam  Najis Dan Tata Cara Thaharah

Najis memiliki tiga kategori dan masing-masing memiliki tata cara berbeda untuk mensucikannya. Simak uraiannya dibawah ini. 

1. Najis Mukhaffafah (ringan)

Mukhaffafah adalah najis yang diringankan, seperti air kencing bayi laki-laki dan perempuan yang belum pernah makan sesuatu kecuali ASI (air susu ibu). 

Cara mensuciknnya, cukup dengan memercikkan air ke bagian yang terkena najis sampai bersih.

2. Najis Mutawassithah (sedang)

Mutawassithah merupakan najis yang berada di tengah-tengah antara mukhaffafah    dan mughaladhah. Dan najis yang keluar dari kubul dan dubur manusia kecuali air  mani. 

  1. Najis ‘Ainiyah adalah najis yang berwujud atau tampak, masih dapat dilihat dan dirasakan salah satu atau ketiga sifatnya, baik warna, rasa, dan baunya. 
  2. Najis ‘Hukmiyah adalah najis yang yang tidak tampak  seperti bekas kencing. 

Contoh-contoh najis mutawassithah di bawah ini

a) Madzi yaitu air yang keluar dari kemaluan laki-laki dan perempuan dengan ciri-ciri sebagai berikut:

  1. berwarna kekuning-kuningan;
  2. proses keluarnya disertai rasa syahwat atau bersamaan dengan melemahnya rasa syahwat;
  3. tanpa ada rasa kenikmatan; (
  4. Terjadi pada orang yang telah baligh;
  5. Lebih sering terjadi pada perempuan; 
  6. Terkadang keluar tanpa disadari.

b) Air wadi yaitu air yang keluar dari kemaluan laki-laki dan perempuan dengan ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Berwarna campuran putih, keruh, dan kental;
  2. Keluar setelah buang air kecil;
  3. Dalam kecapekan setelah mengangkat barang berat;
  4. Dialami oleh yang sudah atau belum baligh.

Cara mensucikannya, dibilas dengan air sehingga hilang semua sifat, bau, warna, dan rupanya.

3. Najis Mughaladhah (berat)

Mughaladhah adalah najis yang diperberat, seperti anjing dan babi. Termasuk najis ini adalah air liur kedua binatang tersebut, sperma keduanya, dan anak-anak dari hasil persilangan dengan hewan lainnya.

Cara mensucikannya, lebih dulu dihilangkan wujud benda najis itu, kemudian dicuci dengan air bersih 7 kali dan salah satunya dicampur dengan debu.

Tata Cara Bersuci dari Najis Dengan Air

Mukhaffafah (Ringan)   

Najis Mukhaffafah ’Ainiyah: 

  1. Dibersihkan lebih dulu sifatnya, sehingga warna, bau, dan rasa najis tidak lagi kelihatan dan dapat dirasakan
  2. Kemudian air yang suci dan mensucikan dipercikkan ke tempat atau benda yang terkena najis. Air yang dipercikkan harus mengenai seluruh tempat atau benda yang terkena najis 3. Air yang dipercikkan tidak disyaratkan hingga mengalir.
  3. Dikeringkan dengan kain atau benda lain yang suci.

Najis Mukhaffafah Hukmiyah: 

  1. Tempat atau benda yang terkena najis dilingkari lebih dulu untuk memastikan pemercikan air secara tepat
  2. Kemudian air yang suci dan mensucikan dipercikkan ke tempat atau benda yang terkena najis dan telah dilingkari. Air yang dipercikkan harus mengenai seluruh tempat atau benda yang terlingkari
  3. Air yang dipercikkan tidak disyaratkan hingga mengalir.
  4. Dikeringkan dengan kain atau benda lain yang suci.

Mutawassithah (Tengah-tengah)             

Najis Mutawassithah ’Ainiyah: 

  1. Dibersihkan lebih dulu sifatnya, sehingga warna, bau, dan rasa najis tidak lagi kelihatan dan dapat dirasakan
  2. Kemudian air yang suci dan mensucikan dialirkan ke tempat atau benda yang terkena najis. Air yang dialirkan harus mengenai seluruh tempat atau benda yang terkena najis
  3. Air yang disiramkan disyaratkan hingga mengalir.
  4. Dikeringkan dengan kain atau benda lain yang suci.

Najis Mutawassithah Hukmiyah: 

  1. Tempat atau benda yang terkena najis dilingkari lebih dulu untuk memastikan pemercikan air secara tepat
  2. Kemudian air yang suci dan mensucikan disiramkan hingga mengalir ke tempat atau benda yang terkena najis dan telah dilingkari. 
  3. Dikeringkan dengan kain atau benda lain yang suci.

Mughaladhah (Berat)    

Najis Mughaladhah ’Ainiyah: 

  1. Dibersihkan lebih dulu sifatnya, sehingga warna, bau, dan rasa najis tidak lagi kelihatan dan dapat dirasakan.
  2. Menyiramkan air hingga mengalir ke tempat atau benda yang terkena najis sebanyak tujuh kali dan salah satu diantaranya dicampur dengan debu yang suci. Ayo pilih salah satu diantara ketiga cara!
  3. Cara pertama: Air dicampur dengan debu yang suci dalam satu tempat kemudian disiramkan ke tempat atau benda yang terkena najis.
  4. Cara kedua: Menaruh debu di tempat atau benda yang terkena najis, lalu menyiramkan air dan mengosokkannya, dan diakhiri dengan menyiram dan mengelap air dengan benda yang bersih.
  5. Cara ketiga: Menyiramkan air ke tempat atau benda yang terkena najis, lalu menaburkan debu dan selanjutnya mencampur keduanya serta menggosok-gosokkannya, dan diakhiri dengan mengelap air dengan benda yang bersih.

Najis Mughaladhah ’Ainiyah:

  1. Berikan tanda dengan lingkaran tempat atau benda yang terkena najis.
  2. Lakukan cara yang sama dengan proses penyucian najis mughaladhah hukmiyah.

Di sebut dengan mukhaffafah karena proses penyuciannya lebih ringan dan mudah dibanding dua najis lainnya. Mutawassithah disebabkan karena menghilangkan najisnya memiliki kadar yang berada di tengah antara najis mukhaffafah dan mughaladhah. Najis yang paling sulit dan berat penyuciannya adalah mughaladhah karena tidak cukup dengan air saja sebagai alatnya.

Demikian penjelasan yang dapat kami sampaikan tentang Pengertian Najis, macam-macam dan cara mensucikannya, semoga bermanfaat. Dan kami ucapkan terimakasih atas kunjungan Anda.

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Beri Komentar