Mataram– Sebagaimana biasa tiap hari senin adalah upacara mingguan bagi segenap civitas MTsN 3 Mataram, Sebagaimana pada Senin, 3 Februari 2025, seluruh siswa dan dewan guru berkumpul di lapangan sekolah untuk melaksanakan upacara bendera rutin.
Upacara ini berlangsung dengan khidmat dan tertib, dipimpin oleh petugas dari kelas IX-3. Adapun yang bertindak sebagai pembina upacara kali ini adalah Ibu Hurun In, S.Pd.
Seperti biasa, upacara dimulai pukul 07.00 WIB dengan laporan dari pemimpin upacara kepada pembina upacara. Seluruh peserta berdiri dengan tertib, menunjukkan sikap disiplin dan rasa hormat terhadap bendera Merah Putih yang dikibarkan oleh tim pengibar.
Lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan dengan penuh semangat, diikuti dengan pembacaan teks Pancasila dan UUD 1945 oleh petugas upacara.
Setelah seluruh rangkaian awal upacara selesai, tibalah saatnya amanat dari pembina upacara, yang kali ini disampaikan oleh Ibu Hurun In, S.Pd.
Dalam amanatnya, Ibu Hurun In membuka dengan ucapan syukur kepada Allah SWT dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Ia menyampaikan salam hormat kepada seluruh dewan guru, staf sekolah, dan para siswa yang hadir.
Guru Matematika ini menyoroti pentingnya perjuangan dalam kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. “Hidup ini adalah perjuangan,” ujarnya.
Ia mengingatkan bahwa sejak manusia lahir, kita sudah melewati seleksi alam yang ketat, bahkan sejak dalam kandungan. Dalam ilmu biologi, proses reproduksi mengajarkan bahwa hanya satu dari jutaan sperma yang berhasil mencapai sel telur dan berkembang menjadi manusia.
“Hal ini menggambarkan bahwa sejak awal kita sudah menjadi pemenang. Maka, jika kita merasa kesulitan dalam belajar atau menghadapi tantangan dalam hidup, jangan mudah menyerah. Karena Allah telah menjamin bahwa di dalam setiap kesulitan, pasti ada dua kemudahan,” jelas Hurun sambil mengutip Surah Al-Insyirah.
Pada kesempatan tersebut ia menyinggung tentang proses pemilihan OSIM yang telah berlangsung dalam beberapa pekan terakhir. Para siswa terlibat langsung dalam demokrasi kecil di sekolah, mulai dari tahap penjaringan hingga pemilihan ketua dan wakil ketua OSIM.
“Dari proses ini, kita belajar bahwa tidak ada sesuatu yang instan. Semua butuh usaha dan perjuangan. Para kandidat harus bersaing dengan gagasan dan kerja keras mereka, dan itu adalah bagian dari pembelajaran hidup,” tuturnya.
Lebih jauh lagi, Ibu Hurun In menceritakan pengalaman pribadinya saat berkeliling di kelas. Ia menemukan seorang siswa yang memiliki buku kecil berisi catatan target hariannya, termasuk jadwal mengaji, hafalan ayat, serta tugas-tugas sekolah yang harus diselesaikan.
“Anak ini menyusun rencana hariannya dengan baik. Ini menunjukkan bahwa dia sadar akan perannya sebagai pelajar. Dengan mencatat semua tugas dan target, tidak ada yang terlewat. Inilah contoh kecil bagaimana seorang siswa bisa menata hidupnya dengan baik,” katanya.
Ia pun mengajak seluruh siswa untuk meniru kebiasaan baik tersebut, karena dengan perencanaan yang baik, belajar akan terasa lebih ringan dan terarah.
Dalam suasana yang lebih santai, Ibu Hurun In juga berbagi cerita unik tentang 2 siswa yang datang ke UKS dengan alasan yang tidak biasa. Salah satu dari mereka mengaku “alergi belajar” dan mengeluh bahwa belajar itu sulit.
Dengan nada bercanda, ia mengatakan, “Kalau kamu sakit kepala, bisa minum obat. Kalau demam, ada obatnya. Tapi kalau ‘alergi belajar’, tidak ada obatnya di UKS! Obatnya ada dalam diri kalian sendiri, yaitu niat dan tekad untuk belajar”, ungkapnya.
Disamping itu ia menegaskan bahwa setiap siswa harus melawan rasa malas dan terus berjuang dalam menuntut ilmu. “Kalau kalian menyerah sekarang, kalian akan kalah dalam perjuangan hidup. Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras,” tambahnya.
Setelah amanat selesai, upacara dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh salah satu petugas upacara. Dengan penuh khidmat, seluruh peserta menundukkan kepala dan berdoa agar diberikan kelancaran dalam belajar serta kesuksesan dalam menghadapi ujian dan tantangan hidup.
Upacara diakhiri dengan laporan pemimpin upacara kepada pembina. Para siswa kemudian dibubarkan dengan tertib dan melanjutkan kegiatan belajar di kelas masing-masing.
Kontributor : Ruslan Wahid, ST
Editor : Humas